Perempuan Tampil Dewasa, Apakah Kecantikan Pengukurnya?

Perempuan Tampil Dewasa, Apakah Kecantikan Pengukurnya?

Salah kaprah standar kedewasaan Perempuan

Apa yang pertama kamu pikirkan saat mendengar perempuan ‘tampil dewasa’?

Ada hal yang menarik perhatian saat saya sedang iseng mengetik keywords “Anak perempuan kelahiran tahun 2000” di penelusuran google. Berbagai artikel di media online muncul di layar monitor saya. Artikel-artikel ini membahas tentang anak perempuan kelahiran tahun 2000 yang dianggap mulai ‘tampil dewasa’. Tapi, rasanya cukup janggal. Apa yang ditampilkan saat saya mengetik keywords “anak perempuan kelahiran tahun 2000” berbeda jika saya ubah menjadi “anak laki-laki kelahiran tahun 2000”.

Mesin pencarian google menunjukkan banyak contoh artis atau aktor perempuan yang dinilai dewasa karena pandai make up, berbusana menarik, dan hal lainnya yang bernuansa sensual. Namun, berbeda halnya untuk anak laki-laki. Hanya ada satu tokoh artis korea—kelahiran tahun 2000—yang muncul di layar pertama monitor saya. Pembahasannya juga berbeda dengan anak perempuan. Ada unsur sensualitas yang dibangun saat membicarakan anak perempuan.

Bagi saya, aneh rasanya jika dewasa dinilai dari rupa fisik yang ditampilkan, padahal dewasa tidaklah sesederhana rupa dan tidaklah masuk akal bagi saya jika kedewasaan seseorang dinilai dari tampilannya. Menurut saya, dewasa adalah proses panjang dalam hidup yang tidak bisa dinilai hanya dengan ‘tampilan dewasa’. Bahkan, saya sendiri bingung dengan konsep dewasa yang dikaitkan dengan penampilan. Bagaimana kita bisa menilai kedewasaan seseorang dari tampilan fisiknya. KBBI melihat konsep dewasa sebagai dua hal, yang pertama adalah dewasa secara fisik yakni perihal kematangan untuk reproduksi. Kedua, perihal kedewasaan secara sikap yang terkait dengan cara berpikir, pandangan dan sebagainya.  Lantas, apakah dewasa selalu berkorelasi dengan ‘tampil dewasa’?

Rasa penasaran membawa saya pada perenungan. Mencoba mengingat beberapa iklan yang menarik perhatian saya. Pernahkan memperhatikan bagaimana perempuan-perempuan sensual menjadi ikon untuk dijadikan daya tarik konsumen? Bagaimana perempuan-perempuan menjajakan rokok ke rumah makan atau tempat-tempat umum lainnya? Apa yang kamu menarik perhatikan saat melihat iklan kendaraan seperti mobil, atau sepeda motor?

Fenomena ini tidak bisa dilepaskan dari konstruksi masyarakat terhadap tubuh perempuan. Kedewasaan dilihat sebagai bentuk pemenuhan ekspetasi masyarakat patriarkal terhadap konsep perempuan ‘dewasa’. Rupa fisik tidak bisa diabaikan. Akhirnya, kedewasaan tidak terlepas dari isu seksualitas perempuan. Sensualitas tubuh perempuan dijadikan objek komoditas. Pemberian harga pada tubuh dilekatkan dengan anggapan tentang seberapa menariknya tubuh perempuan untuk diobjektifikasi.

Seorang tokoh feminis bernama Naomi Wolf dalam bukunya “The Beauty Myth” dapat memberikan pencerahan terkait fenomena ini. Perempuan diburu oleh konsep kecantikan ideal yang dikonstruksikan. Tujuannya adalah membuat perempuan terlihat menarik dan sensual. Tidak berhenti disitu, ada keuntungan-keutungan yang didapatkan perempuan dari standar palsu yang dibangun oleh sistem. Perempuan yang dianggap cantik akan lebih dihargai, mendapatkan lebih banyak kesempatan dan akses terhadap berbagai hal.

Isu ini terkesan sederhana dan tidak krusial, padahal hal ini dapat mempengaruhi pemahaman masyarakat akan perempuan terutama ketubuhannya dan pada akhirnya pemahamanlah yang menentukan cara kita bertindak. Pandangan yang demikian hanya akan mengobjektivikasi tubuh perempuan. Kedewasaan hanya dinilai dari apa yang terlihat secara fisik. Dalam buku “The Beauty Myth”, Naomi Wolf melihat perempuan dijerat oleh mitos standar kecantikan yang seakan memberikan jalan pada kemudahan walaupun kenyataannya standar kecantikan itu hanyalah mitos belaka.

Pembahasan akan standar kecantikan berhubungan dengan apa yang ditampilkan mesin pencariaan google. Objektivikasi tubuh perempuan dapat dimulai dari pendangan terhadap kedewasaan perempuan yang hanya dinilai dari fisiknya. Hal ini kemudian berlanjut dengan komodifikasi tubuh perempuan, juga dengan memandang perempuan sebagai objek seksualitas yang dilihat dari caranya ‘tampil dewasa’.

Kedewasaan adalah proses panjang dalam kehidupan manusia yang harus dihidupi setiap hari hingga akhir hayat. Ia tidak bisa dinilai sekadar dari tampilan. menggunakan diksi ‘tampil dewasa’ seolah sebuah pujian bagi anak perempuan, padahal hal ini merupakan bentuk objektivikasi tubuh perempuan. Anak perempuan dianggap sudah ‘dewasa’ jika ia dianggap ‘tampil sensual’.

Bagaimana menurutmu? Setujukah jika sensualitas dilekatkan dengan kedewasaan seseorang

Penulis : Erika Florentina, alumni kelas mentoring kepenulisan Solidaritas Perempuan Kinasih

penulis adalah mahasiswa sosiologi di Kota Medan. Seorang introvert yang sayang hewan. Tertarik pada isu keadilan gender, KBB, dan kesehatan mental.

Instagram : @ambilkanbintangbu

No Comments

Post A Comment

Mulai Percakapan
Layanan Support
Selamat datang di website Solidaritas Perempuan Kinasih Yogyakarta!
Apa yang bisa kami bantu?