08 Apr Kelestarian Lingkungan dan Perempuan Adat
Perempuan memiliki relasi yang begitu intim dengan alam, baik perempuan kota, maupun perempuan adat. Ketergantungan terhadap alam mendorong perempuan adat dalam mempertahankan kelestarian lingkungan. Perempuan menjadi pihak yang paling terdampak atas kerusakan lingkungan dan perampasan tanah. Karena, perempuan membutuhkan keseimbangan alam untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Lingkungan yang terancam rusak akan membatasi aktivitas perempuan, maka menjadi penting jika dalam topik membahas ekologi perlu dihadirkan sosok perempuan sebagai subyek pelestarian alam.
Kali ini Solidaritas Perempuan Kinasih menghadirkan tiga sosok perempuan hebat yang berjuang untuk isu lingkungan, mereka bercerita tentang pengalaman dan perjuangan perempuan dalam mempertahankan kelestarian lingkungan dalam webinar “Relasi Perempuan dan Alam dalam Pusaran Pembangunan”. Pembahasan dikhususkan membahas tentang perjuangan Wadon Wadas atau para perempuan yang berasal dari Desa Wadas, mereka berjuang mempertahankan tanah dan hutannya. Perjuangan ini memiliki tantangan dan juga memiliki dampak bagi para perempuan, diantaranya :
Pertama, Mengalami kekerasan yang dilakukan oleh aparat. Saat konflik agraria, perempuan adat tak jarang menjadi korban dari berbagai tindakan kekerasan yang dilakukan aparat. Di Wadas, sudah dua kali terjadi konflik agraria. Pada 23 April 2021 seorang Wadon Wadas diseret dan dipukul oleh aparat, belum sembuh atas trauma yang dialami, pada 8 Februari 2022 Desa Wadas di kepung oleh aparat. Dalam rentan waktu yang berdekatan aparat sering berlalu lalang dengan mobil patroli di Desa Wadas, tentu saja ini menjadi teror bagi warga dan menimbulkan trauma bagi mereka yang mengalami langsung berbagai tindakan kekerasan.
Kedua, Kehilangan hubungan spiritual dengan alam. Dengan hilangnya ruang hidupnya yaitu hutan, maka ini juga berpengaruh kepada kesehatan perempuan, kebutuhan, meningkatnya pernikahan dini dan garis kemiskinan. Perampasan ruang hidup juga berpengaruh sampai pada perampasan kedaulatan pangan, rasa aman dan pengetahuan perempuan adat. Untuk contoh pada Wadon Wadas, perempuan tidak diajak terlibat dalam keputusan lahan.
Berbagai tindakan kerusakan lingkungan yang dilakukan di manapun pada akhirnya secara tidak langsung mengusir masyarakat adat. Masyarakat adat yang memiliki pengetahuan untuk merawat hutan, namun dengan hadirnya negara modern merusak hutan, mengusir mereka yang melestarikan hutan. Wadon Wadas sendiri berjuang mempertahankan hutannya tidak untuk perjuangan sosial, mereka berjuang karena beribadah.
Ketiga, Membantu mencegah perubahan iklim. Perjuangan masyarakat adat dalam mempertahankan pelestarian lingkungan juga punya dampak baik untuk mencegah perubahan iklim. Berbagai pohon-pohon yang sudah lama tumbuh di hutan desa ikut berkontribusi menyumbangkan oksigen dan menetralisir emisi atas gaya hidup masyarakat kota dan kebijakan pemerintah yang merusak lingkungan.
Perjuangan yang dilakukan oleh perempuan adat dalam mempertahankan dan melestarikan hutan pada akhirnya bukan perjuangan untuk diri sendiri atau komunitasnya, bermula dari keinginan untuk beribadah mempertahankan desanya, berakhir menjadi pejuang lingkungan yang mempertahankan hutan sehingga berdampak baik untuk lingkungan yang membantu menetralisir berbagai emisi atas gaya hidup masyarakat perkotaan dan kebijak pemerintah yang mengeksploitasi lingkungan.
Redaksi SP Kinasih
No Comments