16 Sep Pengalaman Mengikuti Training Feminis Dasar
Oleh: Sisilia Merung
Training Femins Dasar SP Kinasih dilaksanakan selama empat hari, dari tanggal 1 hingga 4 September 2022. Saya dan peserta lainnya, terdiri dari perempuan dan laki-laki tiba di rumah Bu Herni, salah seorang pengurus kelompok Karisma, Banjararum, Kulon Progo. Kami diterima dengan begitu hangat, disuguhi makanan lokal dan teh. Sehingga menciptakan suasana yang akrab. Kami saling menyapa dan berkenalan.
Hari pertama, kami melakukan sesi perkenalan satu dengan yang lain, menggunakan metode yang cukup unik. Yakni menyebutkan nama diikuti menyebutkan suatu hal terkait feminis yang didahului huruf depan nama masing-masing. Kemudian kami menuliskan dalam kertas tentang tujuan dan kekhawatiran, lalu ditempel dan diilustrasikan menjadi gunung harapan oleh fasilitator. Saya merefleksikan apa yang disampaikan fasilitator tentang segitiga yang memuat; pengetahuan tentang feminis, kesadaran feminis dan perubahan sikap yang terjadi setelah belajar, semua itu saling terkait.
Kami juga berkesempatan untuk mencari pasangan yang kemudian saling menceritakan tentang suka duka yang dialami semenjak kecil hingga sekarang. Selanjutnya merefleksikan bersama-sama ke hadapan teman-teman lainnya. Sesi berikutnya dibagikan kelompok dan mendeskripsikan perasaan diri sendiri dengan menggunakan simbol batu, daun dan bunga. Pada intinya hari pertama, kami mempelajari ulang tentang “siapa aku”.
Pada hari kedua, kami mempelajari tentang SOGIESC, dan juga pelajaran tentang stereotip, kekerasan, beban ganda, marginalisasi, subordinat yang dialami perempuan dalam kehidupan bermasyarakat. Khususnya dalam kehidupan domestik dan pemahaman tentang jenis kelamin, identitas gender, ekspresi gender dan orientasi seksual yang masih keliru di tengah masyarakat. Kemudian kami dibagi kelompok, untuk merefleksikan persoalan yang dialami perempuan dalam bentuk pohon. Kami mendengar cerita bagaimana sistem patriarki menyebabkan ketidakadilan terhadap perempuan yang menjadikannya pihak inferior sementara laki-laki sebagai pihak superior. Pada dasarnya, hari kedua, kami berkesempatan mempelajari tentang bagaimana merasakan ketidakadilan yang dialami oleh perempuan lainnya.
Hari ketiga, kami mempelajari tentang perjuangan dan perlawanan. Kami belajar bagaimana bersikap kritis terhadap peristiwa ketidakadilan ataupun hal-hal mengganjal yang terjadi di tengah masyarakat. Berani bertanya dan mencari tahu penyebab dan akibat konstruksi sosial dapat tercipta hingga saat ini ketika agama, budaya, relasi kuasa menguasai panggung dunia dan menciptakan aturan-aturannya sendiri. Pada malam harinya, kami melakukan refleksi dengan metode pertunjukan drama dan pembacaan puisi.
Lalu pada hari terakhir, kami diperkenalkan tentang keorganisasian SP Kinasih (Solidaritas Perempuan Kinasih) Yogyakarta. Kami mendengarkan sejarah dan perjalanan yang dilalui sampai hari ini. Kegiatan ditutup dengan penyampaian surat berdasarkan keinginan dan unek-unek yang mau dikeluarkan kepada diri sendiri maupun kepada orang lain.
Sebagai perempuan, saya merasa bersyukur mengikuti “Training Feminis Dasar” ini. Dengan metode bertanya tentang diri sendiri, merangkul orang lain, dan belajar memiliki empati dengan ciptaan Tuhan lainnya. Saya menikmati momen menginap di rumah warga selama di Kulon Progo, tepatnya di rumah Bu Misidah yang seorang muslim. Saya menjalani kehidupan secara langsung bersama keluarganya, saya melakukan pekerjaan domestik yang mereka kerjakan setiap hari. Saya dan warga saling berbagi cerita. Saya bersyukur memiliki kesempatan itu dan saya mengambil pelajaran berharga tentang toleransi karena saya seorang Kristiani yang bermalam di rumah keluarga muslim.
Terkait materi feminis, banyak hal yang membukakan perspektif dan pengetahuan saya. Sejujurnya sebelum saya mengikuti training ini, saya berpikir bahwasanya feminis itu hanya berbicara tentang perempuan saja, namun ternyata pengetahuan pendek saya salah. Hal demikian memantik diri saya untuk mencari tahu sumber referensi lebih banyak lagi. Begitupun terkait identitas gender, jenis kelamin, orientasi sosial, saya merasa terkejut bahwa ada lingkup lain dari jenis kelamin perempuan dan laki-laki yang jarang diketahui masyarakat pada umumnya. Saya juga merasa menjadi pribadi yang lebih semangat untuk mencari dan bertanya pada diri sendiri, tentang keberadaan saya sebagai perempuan dan keberadaan perempuan lain yang ada di sekitar saya. Juga bagaimana saya sebagai perempuan bersikap dan saling membangun satu sama lain. Terakhir, harapan saya setelah mengikuti training ini, saya ingin bisa menularkan ilmu yang saya peroleh untuk orang lain.
No Comments