23 Feb Peran Kelompok Tani Karisma dalam Mendukung Kedaulatan Pangan bagi Perempuan
Di tengah hiruk pikuk modernisasi pertanian yang seringkali mengabaikan kelestarian lingkungan dan kesejahteraan sosial, sekelompok perempuan di Kulon Progo, Yogyakarta. Menunjukkan bahwa kemandirian ekonomi dan kedaulatan pangan dapat diraih melalui kerja keras dan semangat gotong royong. Kelompok Tani Karya Lestari Mandiri (Karisma), nama mereka, menjadi inspirasi bagi banyak orang dalam upaya membangun komunitas masyarakat yang tangguh dan mandiri.
Kelompok Tani Perempuan Karisma merupakan kelompok tani lestari yang menerapkan model pertanian berkelanjutan dengan menggunakan cara alami, mulai dari benih, pengolahan pupuk, proses panen hingga menjadi siap pangan. Selain itu, juga menyelenggarakan program – program untuk mendukung petani perempuan dalam memanfaatkan lahan.
Salah satu program yang diadakan Kelompok Tani Perempuan Karisma dalam rangka mendorong kedaulatan pangan adalah Angkringan Karisma. Angkringan ini buka setiap hari Sabtu , pukul 06.00 – 08.00 WIB menyediakan aneka macam olahan makanan lokal seperti tiwul, pecel, bakmi, timus, minuman jus, minuman lidah buaya. Selain itu, hasil kebun berupa sayuran dan buah-buahan juga dipasarkan di Angkringan Karisma.
Tumiyem atau yang akrab di sapa mbak tumim salah satu anggota petani Karisma menghabiskan hari – harinya dengan bertani. ia menceritakan kegiatan bertani di lahan miliknya. Sepetak lahannya dengan luas kurang lebih 500 meter ditanami padi merah. Awalnya Tumiyem bingung proses pemasarannya, karena jarang yang mengkonsumsi pun dengan keluarganya tapi kemudian ada warga yang mau membeli.
“Alhamdulilah lumayan, keno nyangoni anak sekolah”ujar Tumiyem
Di daerah dataran tinggi, Tumiyem memiliki lahan di area pegunungan. Di sini ia memilih tanaman rempah-rempah yang memiliki waktu jangka panjang untuk ditanam seperti cengkeh, jahe, kencur, laos, kunyit, merica. Keuntungan yang ia dapat tak perlu membeli untuk keperluan rempah dapur. Kadang – kadang jika hasilnya melimpah dijual sebagai tambahan penghasilan. Hal ini sudah ia tekuni sejak tahun 2014 silam.
“Merica kemarin aku jual satu kali , ada sekilo. Kadang malah kehabisan bumbu (Karena dijual) terus beli” tambah Tumiyem.
Akses yang lumayan jauh tidak menghalanginya untuk terus merawat tanaman. Ia harus naik turun dan turun gunung dengan berjalan kaki selama 15 menit berjarak 1.200 Meter. Ketika musim kemarau tiba, krisis air melanda kebunnya. Ia harus mengambil mata air dari sungai kemudian disedot menuju tanamanya.
Selain dua lahan tersebut, ia juga memanfaatkan lahan di dekat rumahnya dengan berkebun pohon pisang. jenis pisang yang ia tanam adalah pisang kepok.
Untuk menjaga kesuburan tanah di beberapa tanamannya, hampir seluruh jenis tanamannya menggunakan pupuk organik diambil dari kotoran sapi dan kambing merupakan ternak yang ia pelihara. kecuali padi memang membutuhkan pupuk jenis tertentu.
“ Ternak sapi ada dua, dan kambing ada empat. Pupuk di kandang kalau terkena hujan , terus di ceker-ceker ayam langsung sampai ke kebun” lanjut Tumiyem.
Berbeda dengan Tumiyem, Misidah petani sekaligus ketua Kelompok Tani Perempuan Karisma lebih memilih untuk bertani padi putih dari pada padi merah. Melihat resiko nya jika ketinggalan masa tanam akan gagal panen.
Di dekat rumah, Misidah juga memanfaatkan lahannya untuk berkebun dengan menanam aneka ragam sayuran seperti cabai, bistru, kacang panjang, bayam, singkong. Sedangkan untuk buah-buahan aneka jenis pisang seperti pisang kepok, pisang palembang, pisang pulut. Selain untuk kebutuhan rumah tangga sendiri dan tetangga yang membutuhkan juga sebagian dijual.
“ Kalau gede saya jual , kalau kecil dimakan sendiri. Harga pisang kepok besar itu nyampe seratus ribu, pisang palembang lima puluh kadang-kadang empat puluh,” ujar Misidah.
Misidah, memaparkan pentingnya perempuan dalam menjaga dan merawat kedaulatan pangan pangan. Sebagai ibu rumah tangga yang tidak memiliki ikatan kantor atau dinas, tentu bebas setelah menyelesaikan pekerjaan rumah tangga dan anak. Setidaknya bisa membantu di lingkungan masing-masing dengan sumber daya alam yang dimiliki. Dengan menanam satu sayuran yang hidup dan berbuah saja sudah membantu, tidak perlu membeli
“Kalau kita beli kita nggak tau, buahnya abis di semprot atau di suntik, misal semangka itu kan disuntik warna merahnya”pungkas Misidah.
Dengan adanya Kelompok Tani Perempuan Karisma , menjadi wadah pemberdayaan bagi para petani perempuan di Kulon Progo. Mereka bisa saling berbagi cerita dan pengalaman dalam kegiatan bertani. selain itu, menjadi ruang untuk menyampaikan masalah, hambatan dan tantangan bagi perempuan dalam menjaga kedaulatan pangan.
Reporter : Nanik Rahmawati
No Comments