20 Sep Kelas Pembuatan Skincare Alami: Manfaatkan Bahan-Bahan di Sekitar Kita
Festival perempuan istimewa 2024 tidak hanya membahas soal pertanian. Pada hari kedua (15/09) diadakan pelatihan pembuatan skincare alami. Pelatihan ini dibawakan oleh Wignya Cahyana, Direktur dari Gheyda Wistara Ratimara Laboratory.
Sebagaimana penjelasan Wignya, skincare itu penting untuk dipakai baik perempuan atau laki-laki. Kegunaannya untuk merawat kulit karena setiap inci dari tubuh kita mempunyai hak untuk dirawat. Skincare ada beragam jenisnya, tapi hanya empat jenis skincare dasar yaitu sabun, toner, pelembab dan sunscreen.
Selama ini kita terjebak dalam persepsi bahwa perawatan kulit itu hanya untuk menjadi cantik semata. Tak heran jika hal ini erat kaitannya terbatas pada perempuan urban . Sehingga kesehatan kulit menjadi abai untuk diperhatikan, baik laki-laki maupun perempuan desa. Wignya menerangkan bagaimana perbedaan kebutuhan kulit akan skincare dan make up.
“Skincare ini beda dengan make up. Kalau make up itu buat cantik tapi dalemnya ada racunnya. Maka perlu dirawat untuk tetap sehat. Kalau skincare ini bikin sehat. Yang sehat kadang nggak bikin cantik, sedangkan yang cantik juga belum tentu sehat,” papar Wignya.
Pada pelatihan kali ini Wignya membagikan pengalamannya membuat lotion atau lulur. Menurutnya, skincare jenis ini paling mudah terjangkau dan mudah dibuat di rumah. “Skincare mahal tapi bisa bikin sendiri. Bukan cuman sarjana aja yang bisa bikin, kita semua bisa,” lanjutnya.
Dalam pembuatan lotion, kandungan air perlu lebih banyak daripada bahan yang lainnya. Untuk merawat bumi dengan menghemat penggunaan air tanah, Wignya lebih memilih menggunakan air kelapa. Alasannya karena air kelapa ramah lingkungan, lebih bersih dan memanfaatkan bahan di sekitar.
“Di pasaran air kelapa biasanya dibuang, maka lebih baik dipakai untuk pembuatan skincare. Kenapa nggak pakai air tanah? Karena Jumlahnya terbatas dan menjadi kebutuhan banyak orang, beda dengan air kelapa,” tutur Wignya.
Selain air kelapa bahan yang diperlukan seperti ekstrak biji anggur, ikan, teh hijau, air mawar, minyak lavender, jus timun yang sudah disaring dan jus jeruk. Sebelum semua bahan dicampur, harus dihitung dan ditakar terlebih dahulu agar nanti semua kandungannya tepat.
Langkah selanjutnya adalah membuat adonan. Terbagi menjadi beberapa adonan seperti minyak, air, pengental, pelindung dari sinar matahari dan lainnya. Bagian terpenting adalah pada pencampuran adonan minyak dengan air. Harus dilakukan dengan suhu yang hangat dan diaduk sedikit sedikit menggunakan mixer.
Wignya menunjukkan cara pembuatan lotion pada semua peserta yang hadir dengan pelan-pelan karena materi pembuatan skincare masih jarang diadakan. Ia juga memberi opsi bahan-bahan alternatif lainnya, seperti pengganti air jeruk adalah asam jawa, pengganti air kelapa adalah leri atau endapan kedua dari cucian air beras, pengganti minyak mawar bisa menggunakan minyak alpukat dan untuk pengawet bisa menggunakan daun sirih.
Banyak dari peserta yang hadir adalah ibu-ibu petani Karisma dan ibu-ibu kelompok tani lainnya dari Kulonprogo. Mereka semua turut antusias mendengarkan penjelasan dari Wignya. Menurut penjelasan Wignya, lotion ini juga bisa menjaga kelembaban kulit karena mengandung timun. Tentu saja ini bisa menjadi solusi bagi ibu-ibu petani yang tiap hari selalu ke ladang atau sawah.
“Tubuh manusia banyak terdiri dari air. Ketika panas itu akan menguap, maka perlu ditahan yaitu dengan timun,” tutur Wignya
.
Selain untuk kesehatan, kelas pembuatan skincare alami ini juga untuk menyadarkan peserta bahwa ada pilihan untuk berhenti menggunakan skincare kimia. Kekayaan alam di sekitar kita ternyata bisa dimanfaatkan menjadi berbagai bentuk. Skincare alami yang dibagikan Wignya bisa menjadi cara ibu-ibu di desa untuk lebih berdaya dan tetap dekat dengan alam.
“Skincare kimia itu kan buat keuntungan, makanya dijual murah. Biasanya kalau yang alami gini kalau mau dijual mahal,” pungkas Wignya.
Yohanna, salah satu peserta yang hadir, sangat bersemangat mengikuti kelas skincare ini. Baginya perawatan untuk perempuan memang diperlukan untuk menjaga kesehatan. “Bisa dipakai kalau mau ke sawah dan bisa melindungi. Apalagi ini sebenarnya bisa buat sendiri di rumah, jadi memang sangat bermanfaat,” tutur Yohanna.
Kesemangatan Yohanna terlihat saat dirinya bersedia menjadi sukarelawan membantu Wigya untuk menakar dan mencampurkan bahan-bahan skincare. Baginya, kelas ini menjadi sangat inspiratif dan bisa memantik ibu-ibu di desa untuk mengolah buah-buahan menjadi banyak produk.
“Bagus sekali kelasnya, pasti sangat bermanfaat karena kalau beli dari toko itu mahal. Apalagi kami, ibu-ibu yang ada di pedesaan,” papar Yohanna.
Sebagai seorang ibu, Yohanna juga harus menentukan prioritas pengeluaran keuangan keluarga. Tentu saja kebutuhan kecantikan bukan menjadi prioritas. Namun saat mengetahui perbedaan kebutuhan kulit untuk menjadi sehat atau sekedar cantik, memberikan batas yang jelas. Baginya, prioritas keluarga adalah untuk pendidikan anak. “Buat ibu-ibu kayak saya itu yang penting sehat, nggak perlu glowing. Uangnya itu mending buat bayar sekolah daripada penampilan,” pungkasnya.
Reporter: Maria Al-Zahra
No Comments