22 Sep Segudang Manfaat Pengolahan Sampah Organik Dapur
“Prinsipnya mengolah sampah dapur rumah tangga yang selama ini dianggap sampah.”
Festival Perempuan Istimewa Hari ke – 4 menyelenggarakan Kelas Sinau Praktik Pengolahan Sampah Organik pada Selasa,17/09. Bertempat di Bale Klegung, Kalibawang, Kulonprogo. Diikuti oleh Kelompok Tani Karisma,Mahasiswa,Penduduk setempat dan para pengunjung. Penanganan sampah dimulai dari hulu atau sumbernya yaitu sampah dapur rumah tangga. Sampah organik yang setiap hari menjadi penyumbang sampah terbanyak. Maka penting untuk mengetahui cara dasar pengolahan sampah organik.
Zainal Mutakim dari Paguyupan Bank Sampah DIY memaparkan manusia sebagai penjaga dan penyelamat bumi harus mengubah paradigma membuang sampah dengan mengolahnya. Bahwa sampah sebagai sumber daya dengan memperhatikan aspek kesehatan dan lingkungan. Maka pengolahan sampah organik bisa tetap sehat dan tidak mencemari lingkungan.
“Maka hari ini kita akan belajar pemilahan dan pengolahan sampah mulai dari hulu atau sumbernya yaitu sampah dapur rumah tangga,”ujar Takim.
Zainal Mutakim memaparkan sampah yang berasal dari dapur dipilah terlebih dahulu antara organik dan residu. Untuk wadah sampah organik yang akan diolah dilapisi dengan kresek (kantong plastik). Salah satunya sampah kulit telur ternyata memiliki banyak manfaat. Pertama kulit telur yang diaburkan di atas tanah atau tanaman dapat menghalau kucing,siput yang mau membuang kotoran. Hal ini karena kulit telur yang sifatnya keras.
Kedua kulit telur sebagai pupuk tanaman. Kulit telur yang sudah dijemur kemudian di haluskan dengan blender akan berubah seperti tepung. Tepung kulit telur ini tinggi akan kalsium jadi bisa menguatkan tanaman supaya tidak mudah ambruk atau layu apabila terkena angin badai. Biasanya cocok untuk tanaman di persawahan misalkan padi.
“Kalsium fungsinya untuk tulang. Jika padi dikasih kalsium agar batangnya ora gampang ambruk,” imbuhnya.
Ketiga kulit telur sebagai pakan hewan ternak. Lunakkan tepung kulit telur dengan jeruk pecel atau cuka kemudian diblender agar tercampur merata selanjutkan diamkan selama 3 – 5 hari. Setelah itu aplikasikan air dan siap disajikan untuk ayam atau bebek. Kandungan kalsium membantu hewan untuk cepat bertelur.
Keempat kulit telur sebagai pelet ikan. Tepung kulit telur dicampur dengan limbah yang mengandung karbohidrat seperti roti, kentang atau tahu tempe. Kemudian tambahkan bekatul. Jika ada sisa lauk, atau sayuran bisa dimasukkan. Blender semua bahan supaya halus dan tercampur rata.
“Pelet ikan berkualitas jika proteinnya banyak. Jadi limbah-limbah ikan bisa diolah,” ujar Takim.
Setelah adonan halus, masukkan dalam mesin giling. Taruh di atas nampan atau tampah kemudian digoyang-goyang atau diayak. Jika ada yang kebesaran bisa dipotong dengan tangan. Setelah itu dijemur di bawah sinar matahari. Agar pelet tidak mudah pecah dan keras bisa dicampur tepung.
Sampah dapur selanjutnya, ada kulit pisang yang bisa diolah menjadi Mikroorganisme Lokal (MOL). Taruhlah kulit pisang dalam wadah dengan air 60 persen taburi gula pasir, tetes tebu atau gula merah yang sudah diiris kurang lebih 450 gram. Kemudian aduk dengan tangan, setelah tercampur rata. Diamkan selama 5 hari. MOL siap digunakan untuk tanaman dan bisa mempercepat proses pembusukan sampah daun. Jika membuat MOL tutup wadahnya usahakan yang lebar, karena jika kecil tidak kuat menopang gas yang dihasilkan
“Dari beberapa proses ini, ternyata kebiasaan kita selama membuang sampah didapur yang bercampur jika dipilah ada barokah dan manfaat,” imbuh Takim.
Titi dari sanggar pawuhan memaparkan sampah organik di rumah bisa menggunakan wadah ember tumpuk. Ember 2 yang ditumpuk, ember yang atas di lubangi kecil–kecil bagian bawahnya. Jadi akan menghasilkan olahan organik cair dan padat. Bagian yang cair diberi kran,supaya memudahkan saat panen nanti.
Selain itu juga bisa membuat Lodong Sisa Dapur (Losida) untuk mengolah sampah organik. Tanamlah paralon dalam pot dengan tanah. Lubangi bagian bawah paralon sebagai Cacing, Semut, Rayap (CSR). Losida siap digunakan. Jumlah Losida yang dibuat menyesuaikan Sampah Organik Dapur (SOD)
“Misalkan dirumah ada 4 orang, 2 aja sudah cukup,” ujar Titi.
Zainal Mutakim menuturkan masalah sampah di Jogja tidak akan pernah selesai jika paradigma pemerintah membuang sampah tidak diubah. Sampah yang sudah menggunung di depo-depo, sepanjang jalan ringroad dan sungai diangkut ke truk menuju Tempat Pembuangan Akhri (TPA) tanpa ada pemilahan. Seharunya bukan pembuangan akhir tapi pemrosesan akhir.
“Kan sama saja tidak ada pengolahan, apa lagi pemilahan. Jadi yang disalahkan jangan masyarakat jika tidak mau memilah sampah,” ujar Takim
Sampah yang diangkut tidak dicek padahal di dalamnya tercampur sampah basah dan kering. Dibiarkan selama berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan akhirnya muncul belatung kemana-mana.
Erna, salah satu pengunjung menuturkan dirinya tinggal di daerah kota yang minim lahan. Jadi di tingkat RT sudah menggalakkan tiap rumah untuk memiliki satu biopori. Di tingkat RT setiap bulan bank sampah jalan , ia juga sudah melakukan pemilahan sampah dan selalu mencuci sampah.
“Misal abis bikin mie saya cuci itu kemasan bumbu-bumbunya,”ujar Erna.
Amrina, salah satu pengunjung menuturkan salah satu kendala kenapa sampah masih menjadi masalah adalah waktu. Misal membuat Eco Enzyme atau kompos itu dipanen 2 sampai 3 bulan, itu pun harus di pilah. Apalagi orang punya kesibukan seperti sekolah, kerja dan lain-lain. Jadi memang harus ditunjang pemerintah untuk mempermudah pemilaham misalkan fasilitas.
“Jadi bukan karena masyarakat nggak aware, (tetapi) karena pengolahan sampah ini sangat butuh waktu. Pemerintah juga jangan hanya menyalahkan masyakat,”ujar Amrina.
Kegiatan ini sangat informatif. Salah satunyaa tentang pengolahan makanan ikan atau pelet. Ternyata sampah organik bisa diolah tapi tidak sembarang sampah. Tetap memperhatikan kandungannya seperti karbohidrat, protein dan kalsium.
“Senang bisa belajar bersama ibu-ibu dan menarik si diadakan di Kulon Progo. Biasanya pengolahan sampah diselenggrakan di daerah kota,” pungkasnya.
Reporter: Nanirk Rahmawati
No Comments