Deklarasi Perempuan Petani Rawat dan Ruwati Ibu Bumi dengan Gerakan Petani Lestari

Deklarasi Perempuan Petani Rawat dan Ruwati Ibu Bumi dengan Gerakan Petani Lestari

Sebagai hari puncak Festival Perempuan Istimewa, penyelenggara bersama para peserta menyatakan deklarasi Orang Muda untuk Bumi dari Badai Krisis Iklim. Deklarasi ini diikuti oleh Kelompok Tani Karisma, anak muda dan seluruh pengunjung yang datang pada Rabu (18/09), bertempat di Bale Klegung, Kali Bawang, Kulonprogo.

Perempuan petani lestari tengah berjuang secara kolektif sedikit demi sedikit bisa lepas dari pupuk kimia yang merusak lahan. Persoalan ini tidak hanya sekadar persoalan kimia atau organik. Lebih dari itu, Kelompok Petani Karisma memiliki keyakinan bahwa hal ini sebagai bentuk keyakinan bersama untuk terus merawat dan meruwat ibu bumi agar tetap lestari.

David Efendi, akademisi UMY memaparkan nahwa pertanian lestari memiliki peran penting dalam fungsi pertahanan lingkungan. Ketika yang lain memperparah kriris iklim dengan budaya konsumtifnya, semua serba plastik. Petani lestari lah yang diyakini dapat memperlambat laju kerusakan. Tapi sayangnya sistem pertanian lestari ini  kurang didukung oleh kebijakan.

Seorang petani tidak hanya sekadar mendapatkan pangan kemudian dikonsumsi dan sisanya dijual. Ada istilah moral ekologis, ia juga punya tanggung jawab terhadap lingkungan. Maka pola pertanian lestari yang ramah lingkungan juga penting dalam menjaga ekosistem lingkungan. Tapi lagi–lagi kurang mendaptakan insetif dari pemerintah

“Ini luar biasa sudah susah hidupnya masih punya beban untuk menjaga lingkungan. Sayangnya kurang mendapat insetif dari negara,” papar David.

Sana Ulaili, Ketua Badan Eksekutif Solidaritas Perempuan Kinasih memaparkan bahwa kita semua sedang diperdayakan oleh mekanisasi pertanian. Penelitian dari SPTN dan SP Kinasih menunjukkan bahwa mekanisasi pertanian telah merampas ruang politik petani. Ruang politik itu sudah diambil oleh industri dan sekarang dihadapkan dengan krisis ruang perempuan petani lestari.

“Secara tidak sadar kita menikmati yang namanya mekanisasi pertanian,”ujar Sana.

Begitu langkanya perempuan istimewa. Para perempuan yang bertahan atas tanahnya untuk terus merawat alam, kini semakin sedikit dan hilang karena kebutuhan keinginan pembangunan.

Naresthi Primasari dari Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk (DP3AP2) DIY memberikan apresiasi kepada Kelompok Tani Karisma karena sudah peka terhadap lingkungan dengan mengurangi penggunaan pupuk kimia. Dampak penggunaan bahan kimia tidak usah menunggu puluhan tahun. Di sekitar kita dampaknya sudah terasa. Ketika terjadi perubahan ikim perempuan yang paling merasakan.

 “Saya sendiri merasakan, anak saya alergi tidak bisa makan ayam yang dipeternakan karena pakannya,” ujar Naresthi.

Dinna Sukmawatie, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kulon Progo menuturkan mengenai penggunaan pupuk memang mengikuti kebijakan pemerintah mulai pupuk urea, NPK dan organik. “Sebagai tingkatan bawah kami melaksanakan peraturannya. Jadi hasil diskusi ini akan ditampung.”

“Pemerintah kan suatu sistem, tidak bisa misal pupuk kimia dilarang. Tidak bisa seperti itu. Tapi kami tampung,” ujar Dinna.

Naresthi Primasari menambahkan nutrisi yang ada di meja makan juga menjadi permasalahan bagi perempuan. Sebisa mungkin memilah makanan untuk keluarga. Dinas DP3AP2 memiliki kelompok pemberdayaan ekonomi perempuan yang sudah ada di beberapa daerah. Ia mengajak para petani perempuan untuk membuat kelompok-kelompok dalam mengurangi dampak perubahan iklim.

“Nah salah satu yang bisa kita lakukan pembuatan kelompok perempuan produkti. Nanti mungkin bisa kita diskusikan lagi,”ujar Naresthi.

Martina Astuti, Kelompok Tani Karisma berharap semoga apa yang telah dideklarasikan dapat dilaksanakan di tempat tinggal atau komunitas masing-masing. Ia juga bersyukur masih ada generasi penerus yang akan  menerima tongkat estafet dalam melaksanakan pertanian lestari.

“Konsisten merawat dan meruwat bumi sehingga bumi yang indah dapat kami wariskan kepada anak cucu kami,” ujar Tutik, sapaan Martina Astuti.

Dalam deklarasi tersebut dibaca secara bergantian oleh perwakilan dari kelompok tani karisma dan petani muda kemudian diikuit oleh seluruh peserta yang hadir. Terdapat 9 pernyataan sebagai berikut :

  1. Kembalikan kedaulatan petani, khususnya perempuan petani atas tanah, benih, pupuk, dan pasar.
  2. Bangun iklim pertanian yang berorientasi pada kedaulatan pangan, bukan ketahanan pangan.
  3. Tumbuh kembangkan pasar alternatif yang tidak mainstream pada akumulasi modal.
  4. Berikan jaminan perlindungan kesejahteraan dan keselamatan kerja buruh tani.
  5. Ciptakan kebijakan yang menjaga keberlanjutan pertanian dari dampak krisis iklim.
  6. Bebaskan PBB pertanian.
  7. Hentikan alih fungsi lahan produktif pertanian menjadi non produktif pertanian.
  8. Tumbuh kembangkan generasi petani lestari.
  9. Wujudkan kebijakan pertanian yang adil gender

Reporter: Nanik Rahmawati

No Comments

Post A Comment

Mulai Percakapan
Layanan Support
Selamat datang di website Solidaritas Perempuan Kinasih Yogyakarta!
Apa yang bisa kami bantu?