Proses Diri Menjadi Feminis

Proses Diri Menjadi Feminis

Oleh: Moch. Richi

Proses diriku menjadi feminis bermula pada saat merefleksikan pengetahuan selama ini. Siang yang terik diiringi alunan perbisikan anak muda mengenai masa lalunya terasa begitu menyejukkan. Perkenalan singkat yang dilanjut berdongeng secara berpasangan terasa seperti pemaksaan bagi introvert menjadi seorang ekstrovert. Membuka luka lama, mendengarkan luka orang lain, kemudian mengekspos luka bersama. Entah, perkenalan seperti apa yang diinginkan dalam kegiatan ini. Hari pertama yang terasa seperti memaksa, membuatku enggan membuka diri. Mengenal dan mengingat orang baru selalu menjadi opsi terakhir untuk diriku menikmati perjalanan hidup. Tak ada yang bisa membawa kebahagiaan dari orang lain kecuali kebahagiaan sementara.

Namun ternyata, pikiranku di awal bertemu mereka tak semuanya benar. Kegiatan Training Feminis Dasar SP Kinasih Yogyakarta 2022 merupakan kegiatan yang membawaku pada pembukaan dan kesadaran diri. Ternyata semua yang ada pada diri kita tak harus disembunyikan. Jika kita menyembunyikan, lantas kapan kita bisa menunjukkan pada dunia bahwa kita itu ada di dunia ini dengan beragam bentuk dan sifatnya?

Memaksa dan menikmati kehidupan di luar zona nyaman tak semengerikan itu. Ada banyak pelajaran dan pengalaman yang menguatkan diri ini untuk terus berjalan menyusuri kegelapan dunia dengan nyali yang terus berusaha terang. Mendapatkan teman baru dan hidup bersama dengan keluarga baru terasa benar-benar sebuah kenikmatan yang luar biasa. Tak terkecuali hidup dengan kepribadian yang selalu berada di penjara mungil bernama malu.

Suasana malam biasanya yang kutemui selalu diiringi kendaraan-kendaraan besar. Tetapi pada malam itu gonggongan anjing menjadi pengiring untuk tidur nyenyak. Sebenarnya cukup terusik dengan nyanyian anjing-anjing itu pada setiap malamnya. Akan tetapi dengan berjalannya waktu, aku bisa menikmati nyanyian itu sambil membawa jiwa ini pada mimpi yang indah.

Tak ada kata bosan dan lelah dalam menikmati kegiatan training kali ini. Diawali dengan kegiatan menyiram tanaman di kebun kelompok tani Karisma yang berada di Tegal Pule, hari itu terasa mengasyikkan. Matahari yang masih malu menyapa warga Jogobayan, tak menyurutkan semangat peserta training untuk menyapa tanaman kelompok petani Karisma di sana. Aku dan peserta lainnya mengambil air dari sungai secara langsung, menyalurkan ember satu demi satu dari tangan ke tangan dan menyirami tanaman. Kegiatan itu membuat pagi kami menjadi lebih bermakna.

Setelah bersenang-senang dengan tanaman di kebun, kami melanjutkan untuk kembali ke rumah keluarga baru. Tetapi aku ingin melakukan hal lain, akhirnya aku memutuskan untuk jalan-jalan menikmati suasana desa yang sudah lama tak pernah kurasakan. Aku berjalan sendirian, tak disadari sampai pada tempat yang benar-benar membawa ketenangan. Sungai dengan tepian batu yang ramai membawaku untuk duduk dan merenungi setiap kenikmatan yang telah aku jalani hari itu.

Air yang berlomba-lomba sampai ke hilir, burung yang berlomba menyanyi, dan penduduk yang berlomba mengisi petak sawahnya menjadi kehidupan yang ingin aku hentikan. Menikmati kehidupan dengan sisi yang tak pernah dilihat menjadi kesedihan yang luar biasa. Perlombaan yang sering dilewati manusia menjadi pengalih untuk menikmati kehidupan yang luar biasa ini. Menikmati kehidupan di sana menjadi penyadaran bagi diriku bahwa dalam menjalani kehidupan jangan sampai melupakan bagian-bagian di dunia yang lainnya.

Aku pun berlanjut sarapan bersama keluarga baruku di Kulon Progo. Kami saling bercerita dan mendengarkan dengan seksama. Candaan dan perkenalan semakin menjadi perekat kedekatan diantara kita. Jarang sekali bisa bercerita bersama orangtua di waktu luang seperti itu. Aku bahagia mengenal keluarga baru.

Setelah merasakan keharmonisan bersama keluarga baru, kami melanjutkan kegiatan training dengan belajar mengenai SOGIESC yang dipandu oleh Kak Wede. Belajar SOGIESC merupakan salah satu hal yang sangat ingin aku pelajari. Pernah saat itu mendaftar dalam sebuah kegiatan yang mempelajari tentang SOGIESC, tetapi akhirnya belum terpilih untuk mempelajarinya. Namun, Tuhan membawaku pada kegiatan training ini untuk mempelajari SOGIESC lebih mendalam. 

Belajar SOGIESC membuka diriku atas perbedaan dan keragaman yang ada di dunia. Manusia bukan hanya sebuah warna hitam dan putih, tetapi manusia adalah warna yang ada di dunia. Di mana warna-warna tersebut membawa kehidupan manusia pada keharmonisan apabila perbedaan bisa dirangkul bersama.

SOGIESC merupakan singkatan dari Sexual Orientation, Gender Identity, Ekspression, and Sex Characteristic. Pada training ini, kita tidak hanya belajar bagaimana membuka diri atas perbedaan yang ada. Akan tetapi juga menjadi ajang bagi peserta training untuk menganalisis apa yang sebenarnya ada pada diri mereka.

Pada hari itu, kita diajak untuk mengungkap ketidakadilan yang pernah kita alami dan pernah kita lihat. Pengungkapan itu dilakukan dengan model pohon patriarki. Sistem patriarki yang selama ini dijalani oleh manusia ternyata membawa ketidakadilan yang mereka sadari ataupun tidak mereka sadari terutama pada laki-laki. Sistem yang dianggap sebagai sistem menomorsatukan laki-laki ini nyatanya membawa keresahan yang terus dipendam oleh seorang laki-laki. 

Laki-laki dituntut untuk bisa melakukan kegiatan yang maskulin, tidak boleh menangis, tidak boleh curhat, harus merokok, dan lain sebagainya. Laki-laki pasti sadar bahwa mereka sebenarnya sama-sama tertindas oleh sistem ini. Namun sayangnya, kita kaum laki-laki hanya bisa pasrah melewati pola yang sebenarnya merugikan banyak pihak. Dengan menganalisis ketidakadilan yang ada di sekitar kita, membuat kita sadar bahwa apa yang sebenarnya kita jalani itu perlu yang namanya perbaikan baik itu dari budaya, sistem, ataupun aturan yang berlaku.

Kemudian kegiatan Training Feminist Dasar SP Kinasih 2022 mencapai puncaknya saat Bu Nunuk menjadi pemateri. Ibu Nunuk adalah salah satu pendiri SP Kinasih Yogyakarta sekaligus menjadi salah satu perempuan yang selalu memperjuangkan feminis pada masyarakat luas. Pada saat itu, Bu Nunuk mendongengkan bagaimana awal penyatuan antara laki-laki dan perempuan, bagaimana perempuan menjadi pelopor pertanian dan laki-laki menjadi pelopor peternakan. Materi yang disampaikan Bu Nunuk membawa diriku pada sudut pandang yang beda. Sudut pandang yang memaknai hidup penuh dengan keharmonisan, tetapi juga diselingi oleh ketidakadilan yang nyata. Pada kegiatan itu juga, kita sadar bahwa perempuan dari dulu selalu mendapatkan ketertindasan yang berlebih. Perempuan yang sebenarnya dapat mengisi kekosongan dunia malah dijadikan budak oleh sistem yang kotor ini.

Feminist hadir untuk membawa manusia pada sistem kehidupan yang humanis. Feminis hadir bukan untuk meninggikan perempuan. Aku teringat dengan konten yang pernah kulihat, dimana pada konten tersebut berisi mengenai seorang komedian memberikan pernyataan bahwa perempuan feminis adalah perempuan yang malas dan ribet. Saat aku ikut training ini, aku pun jadi tertawa. Tertawa bukan karena komedinya, tetapi tertawa mengenai pikiran dia. Mengapa manusia harus mempublikasi suatu pernyataan yang dimana mereka sendiri tidak tahu apa itu feminis sebenarnya.

Feminis bagiku adalah sistem yang membawa manusia pada kesadaran atas ketertindasan yang mereka alami. Feminis bukan tentang perempuan, tetapi lebih luas dari lingkup itu. Sehingga, training ini sangat membuka diriku pada kacamata kehidupan baru yang bernama feminis. Kegiatan seru, teman royal dan diri terbuka membawaku pada perjalanan hidup yang cerah. Training ini bukan hanya tentang belajar, tetapi juga tentang membuka kesadaran dari dalam diri kita. Mungkin banyak orang pintar dengan pengetahuan yang luas, tetapi sayangnya mereka masih minim untuk mengaplikasikan pengetahuannya tersebut.

Sebagai laki-laki, TFD 2022 ini membawaku pada pengalaman baru. Tidak ada rasa tersaingi oleh perempuan apalagi merasa rendah karena menjadi kaum minoritas di acara tersebut karena laki-laki di kegiatan tersebut hanya 4 dari 25 peserta. TFD 2022 membawaku untuk percaya diri dan terus berproses menjadi lebih baik agar tak ada ketidakadilan yang kita alami lagi. Semua manusia pernah mengalami ketidakadilan, tetapi bukan berarti masa depan mereka akan berisi ketidakadilan secara terus menerus. Masa depan adalah tempat untuk memberantas ketidakadilan, yang adil membawa pada kebahagiaan.

No Comments

Post A Comment

Mulai Percakapan
Layanan Support
Selamat datang di website Solidaritas Perempuan Kinasih Yogyakarta!
Apa yang bisa kami bantu?