Penari Itu Bernama Suci

Penari Itu Bernama Suci

by : Sisilia Merung

Episode 2

Kemudian ia beranjak ke kamar tidur, membersihkan diri dari balutan kotoran yang menyergap tubuhnya. Sejenak kala berbaring di atas ranjang, berbagai pikiran negatif berlalu lalang di kepala. Perasaan ingin menyerah dan mengakhiri hidup pun jelas terlintas.

Keesokan harinya adalah hari seperti biasa bagi remaja lain. Tidak untuk dia. Setelah menyiapkan sarapan pagi untuk bibi dan adik-adiknya, memakai pakaian seragam sekolah kemudian berpamitan dengan bibi dan adik-adik ia pun menyusuri perjalanan di tengah  polusi dan hiruk pikuk  udara kota.

Namun, di tengah perjalanan, seperti ada yang berbeda, Suci tidak melewati jalan yang biasa dilewati anak-anak sekolah,ia malah memutar balik  ke tempat lain. Ya ternyata sudah sedari tadi ia menyiapkan rencana ini.

Ia mau mencari pekerjaan tambahan, mengorbankan segalanya tentang diri, sekolah dan masa remajanya demi orang-orang yang ada di sekelilingnya, keluarga yang ia cintai. Perasaan dan pikiran yang amat dewasa dibanding umurnya. Mungkin benar kata orang, kedewasaan seseorang tidak  dilihat berdasarkan usia, jabatan ataupun pendidikan yang orang itu capai, melainkan pengalaman dan lika-liku kehidupan yang menerjang hari-harinya menciptakan persepektif dan mindset baru untuk tetap berjuang di tengah ketidakpastian dan kesimpangsiuran dunia yang ia tempati.

Sampailah ia pada sebuah toko sembako. Dengan tas dan baju yang lusuh, ia melamar pekerjaan di sana. Kebetulan toko tersebut  sedang membutuhkan karyawan bagian perdapuran alias masak. Sedikit keraguan dari nyonya pemilik toko tersebut, terlihat jelas dari raut wajah dan nada suaranya. Namun dengan semangat dan lantang Suci meyakinkan kepiawaian dibidang perdapuran, alhasil ia berhasil meyakinkan nyonya tersebut.

Suatu waktu, ketika genap dua bulan ia bekerja pada toko tersebut, nyonya  pemilik toko mempertanyakan dirinya  yang masih belia namun berani bekerja layaknya orang dewasa, mungkin karena kepiawaiannya memasak,nyonya tersebut takjub dengan kerendahan hati dan kesederhanaannya. Ia terlihat berbeda dengan remaja lainnya. Oh ia,sejak awal ia sudah menjelaskan keresahan dirinya,mengapa ia mengambil keputusan berhenti sekolah kepada bosnya.

Hingga pada suatu waktu ,tanpa angin dan hujan, ia dipanggil oleh pemilik toko tersebut dan mengajak dirinya untuk bersekolah lagi  hingga sarjana dan akan dibiayai mereka. Sempat merasa tak percaya dan merasa mungkin sedang menggangguku saja. Tapi ,ternyata benar adanya,ia akan disekolahkan hingga sarjana sembari bekerja bersama mereka. Kebetulan SMA dan kampus untuk kuliah jaraknya tidak terlalu jauh dari  pusat belanja  kota.

Tanpa berpikir banyak, ia iyakan tawaran dari bos tersebut. Awal ia membuka lembaran baru untuk hidupnya dan hidup adik serta keluarganya.

No Comments

Post A Comment

Mulai Percakapan
Layanan Support
Selamat datang di website Solidaritas Perempuan Kinasih Yogyakarta!
Apa yang bisa kami bantu?